Jumat, 25 Mei 2012

Ngaji Tafsir Al-Ibriz (QS. Al-An’am: 132-133)

Menggapai Rahmat Allah
Diriwayatkan bahwa Rasulullah mempunyai seorang sahabat yang bernama Jabir, Rasulullah bercerita kepadanya pada zaman Nabi Musa ada seseorang yang beribadah selama 500 tahun, dia beribadah di puncak sebuah gunung yang dikelilingnya terdapat lautan, orang tersebut hidup seorang diri. Di sana ada sebuah sumber mata air dan di sebelahnya ada pohon apel yang setiap malam selalu berbuah. Orang ini setiap hari hanya makan apel dan meminum air dari sumber tersebut.
Hingga orang tersebut sudah menginjak usia tua, orang tersebut berdo’a kepada Allah bahwa dia ingin mati dalam keadaan bersujud seperti sujudnya orang yang sedang sholat. Ia ingin mengakhiri hidupnya dengan khusnul khotimah. Setelah berdo’a seperti itu akhirnya do’anya dikabulkan oleh Allah. Dia meninggal dalam keadaan sujud. Dan kata Allah dia dimasukkan ke dalam Surga-Nya.
 Namun setelah rohnya keluar dari jasadnya, rohya ditahan oleh Allah. Dan ditanyai oleh Malaikat, Malaikat itu bertanya perihal kenapa dia masuk Surga? Orang itu menjawab, ‘sebab saya sudah beribadah selama 500 tahun’. Ternyata kata Malaikat jawaban orang tersebut salah, lalu malaikat memberikan pertanyaan yang sama, perihal kenapa dia dimasukkan Surga oleh Allah. Orang ini pun berkata, ‘Aku masuk Surga karena selama hidup 500 tahun aku tidak pernah ngrasani orang lain’. Lagi-lagi kata Malaikat jawaban orang tersebut salah. Hingga orang ini bingung, apa yang menjadi sebab dia masuk Surga dan dia bertanya kepada Malaikat perihal mengapa dia masuk Surga. Malaiat mengatakan bahwa engkau masuk Surga karena rahmat Allah. Mengapa Allah swt. mengasihi kamu? Itu karena kamu sudah beribadah kepada-Nya. Namun sekali lagi bukan karena ibadahmu engkau masuk Surga, tetapi karena rahmat Allah.
Dari gambaran cerita di atas, sungguh Allah telah berfirman dalam al-Qur'an dalam surat al-An’aam (6) ayat 132 yang berbunyi:
Artinya: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Bahwa manusia hidup di dunia ini mempunyai derajat yang berbeda-beda di sisi Allah. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah dilkukannya selama hidup di dunia. Kalau orang tersebut beribadah dengan sungguh-sungguh niscaya dia akan medapat derajat yang tinggi di sisi Allah. Dan apa yang diperbuat di dunia pasti akan mendapat balasannya di Akhirat kelak, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah:
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.(QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Kalau kita ingin menjadi istimewa (luar bisa) di sisi Allah, maka dalam menjalani hidup ini kita harus berani berbeda dengan orang lain. Jika kebanyakan orang di waktu malam sedang tidur nyenyak, kita beribdah dan bersujud kepada Allah. Jika orang-orang sedang asyik bermain, kita membaca buku. Jika orang lain makan seperti biasa, kita berpuasa. Dengan hal-hl yang berbeda itulah kita akan menjadi orang yang istimewa di hdapan Allah.
Ternyata berbeda antara orang yang berilmu (baca pintar) dan ahli melakukan riyadhoh (melakukan amalan-amalan yang membuat orang tersebut berbeda dari orang kebanyakan seperti contoh, sholat tahajjud, puasa senin kamis, dsb) dengan orang yang berilmu tapi tidak pernah melakukan riyadhoh. Karena ilmu itu ibarat pisau dan riyadhoh itu menjadi pengasah yang membuat pisau itu tajam.
Kelanjutan ayat bahwa Allah berfirman:
Artinya: “Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.”(QS. Al-An’am: 133)

Apabila kita dimusuhi orang atau bahkan sampai dihina, maka biarkan saja dan berbuat baiklah kepadanya. Barang kali itu merupakan skenario dari Allah untuk menguji kita karena Allah akan mengangkat derajat kita.
Dalam hidup ini, Allah harus dinomorsatukan. Niscaya pasti Allah akan mencukupi semua kebutuhan kita, karena Allah sendiri yang berfirman:ومن يتوكل على الله فهو حسبه, Apabila kita mau bertawakkal kepada Allah, pasti Allah akan mecukupkan rizki kita. Amiin,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar