Menggapai Rahmat Allah
Diriwayatkan bahwa
Rasulullah mempunyai seorang sahabat yang bernama Jabir, Rasulullah bercerita
kepadanya pada zaman Nabi Musa ada seseorang yang beribadah selama 500 tahun,
dia beribadah di puncak sebuah gunung yang dikelilingnya terdapat lautan, orang
tersebut hidup seorang diri. Di sana ada sebuah sumber mata air dan di
sebelahnya ada pohon apel yang setiap malam selalu berbuah. Orang ini setiap
hari hanya makan apel dan meminum air dari sumber tersebut.
Hingga orang tersebut sudah
menginjak usia tua, orang tersebut berdo’a kepada Allah bahwa dia ingin mati
dalam keadaan bersujud seperti sujudnya orang yang sedang sholat. Ia ingin
mengakhiri hidupnya dengan khusnul khotimah. Setelah berdo’a seperti itu
akhirnya do’anya dikabulkan oleh Allah. Dia meninggal dalam keadaan sujud. Dan
kata Allah dia dimasukkan ke dalam Surga-Nya.
Dari gambaran cerita di
atas, sungguh Allah telah berfirman dalam al-Qur'an dalam surat al-An’aam (6)
ayat 132 yang berbunyi:
Artinya: “Dan masing-masing orang
memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan
Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Bahwa manusia hidup di dunia ini mempunyai derajat yang berbeda-beda di
sisi Allah. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah dilkukannya selama hidup
di dunia. Kalau orang tersebut beribadah dengan sungguh-sungguh niscaya dia
akan medapat derajat yang tinggi di sisi Allah. Dan apa yang diperbuat di dunia
pasti akan mendapat balasannya di Akhirat kelak, begitupun sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah:
Artinya: “Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.(QS. Az-Zalzalah:
7-8)
Kalau kita ingin menjadi
istimewa (luar bisa) di sisi Allah, maka dalam menjalani hidup ini kita harus
berani berbeda dengan orang lain. Jika kebanyakan orang di waktu malam sedang
tidur nyenyak, kita beribdah dan bersujud kepada Allah. Jika orang-orang sedang
asyik bermain, kita membaca buku. Jika orang lain makan seperti biasa, kita
berpuasa. Dengan hal-hl yang berbeda itulah kita akan menjadi orang yang
istimewa di hdapan Allah.
Ternyata berbeda antara
orang yang berilmu (baca pintar) dan ahli melakukan riyadhoh (melakukan
amalan-amalan yang membuat orang tersebut berbeda dari orang kebanyakan seperti
contoh, sholat tahajjud, puasa senin kamis, dsb) dengan orang yang berilmu tapi
tidak pernah melakukan riyadhoh. Karena ilmu itu ibarat pisau dan riyadhoh
itu menjadi pengasah yang membuat pisau itu tajam.
Kelanjutan ayat bahwa Allah
berfirman:
Artinya: “Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat.
jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa
yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan
kamu dari keturunan orang-orang lain.”(QS. Al-An’am: 133)
Apabila kita dimusuhi orang atau bahkan sampai dihina, maka
biarkan saja dan berbuat baiklah kepadanya. Barang kali itu merupakan skenario
dari Allah untuk menguji kita karena Allah akan mengangkat derajat kita.
Dalam hidup ini, Allah harus
dinomorsatukan. Niscaya pasti Allah akan mencukupi semua kebutuhan kita, karena
Allah sendiri yang berfirman:ومن
يتوكل على الله فهو حسبه, Apabila
kita mau bertawakkal kepada Allah, pasti Allah akan mecukupkan rizki kita. Amiin,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar